TMII
Jakarta menjadi saksi momen bersejarah bagi dunia pendidikan Indonesia. Siti
Hediati Hariyadi, yang akrab dikenal sebagai Titiek Soeharto, resmi dianugerahi
gelar Bunda Guru Indonesia dalam sebuah acara penghargaan bergengsi yang
digelar oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Penghargaan ini
diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi Titiek Soeharto sebagai
tokoh masyarakat yang peduli terhadap dunia pendidikan, khususnya dalam
pemberdayaan guru di Indonesia.
Acara
yang penuh khidmat ini dimulai dengan pemanggilan Titiek Soeharto untuk naik ke
panggung. Dengan senyum hangat, ia melangkah mantap menuju panggung utama,
disambut tepuk tangan meriah para guru dari seluruh penjuru tanah air. Ketua
Umum PGRI, yang turut hadir memimpin acara, menyematkan selendang kehormatan
sebagai simbol penghargaan tertinggi untuk Bunda Guru Indonesia.
“Penghargaan
ini diberikan kepada Ibu Titiek Soeharto atas dedikasi beliau yang tak
henti-hentinya mendukung pendidikan nasional, terutama peran para guru sebagai
ujung tombak pendidikan di Indonesia,” ujar Ketua Umum PGRI dalam sambutannya.
Simbol Dedikasi untuk Pendidikan
Penghargaan ini bukanlah sekadar simbol,
melainkan cerminan dari kerja nyata Titiek Soeharto dalam mendukung kemajuan
pendidikan. Sejak lama, ia dikenal aktif di berbagai kegiatan sosial, termasuk
memberikan dukungan moral dan material kepada guru-guru di daerah
terpencil.
“Saya percaya, guru adalah pilar utama dalam
mencerdaskan bangsa. Tanpa mereka, cita-cita Indonesia Emas 2045 tidak akan
tercapai,” ujar Titiek sederhana namun penuh makna.
Seiring dengan penyematan selendang kehormatan,
Titiek juga menerima buket bunga spesial dari para guru perempuan Kota Kupang,
Nusa Tenggara Timur (NTT). Momen ini menjadi simbol kehangatan dan rasa terima
kasih dari para guru di pelosok negeri atas kepedulian Titiek terhadap mereka.
Perjalanan Panjang Titiek Soeharto
Lahir pada 14 April 1959, Titiek Soeharto
adalah putri Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto. Meski dikenal sebagai
tokoh politik, perjalanan pendidikannya juga patut diapresiasi. Titiek
merupakan alumni SMA Negeri 3 Jakarta (1974–1977) dan menyelesaikan studinya di
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1978–1985).
Dalam perjalanannya, Titiek terus berupaya
menginspirasi dan mendukung pendidikan di Indonesia. Gelar Bunda Guru Indonesia
yang disematkan padanya hari ini menegaskan bahwa perannya dalam mendukung
pendidikan bukan hanya wacana, tetapi sebuah aksi nyata.
Antusiasme Guru di Seluruh Indonesia
Acara penghargaan ini turut dihadiri oleh
ribuan guru dari berbagai daerah di Indonesia, baik secara langsung maupun
melalui siaran daring. Para peserta tampak antusias dan bangga bisa menjadi
saksi penghargaan bergengsi tersebut.
“Saya merasa terharu melihat sosok seperti Ibu
Titiek yang terus memperjuangkan kepentingan guru dan pendidikan. Beliau adalah
inspirasi bagi kami semua,” ungkap salah seorang guru peserta acara dari Jawa
Tengah.
Ketua Umum PGRI menambahkan bahwa penghargaan
ini juga diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat peran guru di tengah
tantangan globalisasi dan teknologi. “Dengan dukungan tokoh-tokoh inspiratif
seperti Ibu Titiek Soeharto, kami yakin pendidikan Indonesia akan semakin
maju,” tutupnya.
Harapan untuk Masa Depan
Di akhir acara, Titiek Soeharto menyampaikan
pesan khusus untuk para guru Indonesia. “Saya titipkan harapan besar untuk
Bapak Ibu Guru di seluruh Indonesia. Tetaplah menjadi inspirasi bagi generasi
penerus bangsa. Perjuangan kalian adalah pondasi masa depan Indonesia yang
lebih baik.”
Dengan gelar Bunda Guru Indonesia, Titiek
Soeharto diharapkan dapat terus menjadi inspirasi bagi banyak pihak, khususnya
dalam meningkatkan kesejahteraan dan apresiasi terhadap guru, sang pahlawan
tanpa tanda jasa.