Tensi politik jelang Pemilihan
Presiden (Pilpres) 2019 semakin hangat. Di tengah hiruk-pikuk agenda politik lima tahunan itu, Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB
PGRI) menegaskan netral dan tidak terlibat dukung-mendukung calon presiden
manapun.
Seruan sikap netral itu disampaikan
Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi di Gedung Guru Selasa (7/8). Pernyataan
tersebut sebelumnya dibahas bersama dalam forum Rapat Koordinasi Nasional
(Rakornas).
Rakornas ini dihadiri delegasi PGRI
dari seluruh Indonesia .
"PGRI beridiri di atas semua golongan. Serta mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara." kata Unifah.
Dia menjelaskan sesuai anggaran
dasar. PGRI bersifat independen dan non partisipan. Tidak menjadi bagian atau
berafiliasi kepada partai politik atau tokoh politik manapun.
Kepada
seluruh anggota PGRI di penjuru Indonesia , diinstruksikan supaya
menjunjung tinggi marwah organisasi. "Serta mengedepankan persatuan dan
kesatuan bangsa." jelasnya.
Selanjutnya adalah menghargai
perbedaan. menjaga kesejukan, tidak melakukan maupun menyebar ujaran kebencian.
serta tidak membuat berita atau kabar bohong.
Kepada pemerintah. PGRI menyampaikan
posisi sebagai mitra strategis. "Siapapun presidennya. PGRI adalah mitra
strategis pemerintah," kata Unifah.
Pada kesempatan ini PGRI
menyampaikan sejumlah apresiasi untuk pemerintah. Seperti bakal dihidupkan
kembali mata pelajaran TIK menjadi Informatika. Kemudian keluarnya larangan
Diklat berbayar bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Unifah juga menjelaskan hubungan
PGRI dengan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI). Terkait adanya aksi
masa KSPI pada 10 Agustus nanti, Unifah menegaskan PGRI tidak ambil bagian.
Dia
mengatakan PGRI sudah pisah dengan KSPI. "Tidak boleh ada
penggunaan logo, panji, dan atribut PGRI dalam kegiatan KSPI," pungkasnya.
Sumber
: https://www.jawapos.com/nasional/humaniora/07/08/2018/persatuan-guru-nyatakan-sikapnya-di-pilpres-2019